Damn! I Love Ngapak


Kata pengantar
Ora ngapak ora kepenak! ya memang begitulah adanya, kalo ngomong bahasa indonesia mulu lama2 capek,haha
Secara gue kan 18 taun hidup di zona merah so, ngapak mendarah daging dalam diriku, tapi berhubung kalo di rumah pake bahasa krama inggil, jadi pas kuliah di jogja gak ketauan ngapaknya malah dikirain anak jogja aja (hehe), beda ama nasib temenku yang gak bisa ngilangin logat ngapaknya (sampe kentut aja ngapak,haha) kalo di kampus jan pokoke aben ngomong diguyu terus lah. Buat orang2 ngapak kehidupan di jogja emang keras (kalo di depok bisa enjoy ngomong ngapak), dari jaman dulu kan emang ngapak tu musuhnya mbandek.
Di tivi2 dialek ngapak juga sering nongol tuh, mulai dulu pas jamannya kasino warkop, ada juga iparto gombong, cici tegal, trus yang belakangan ini booming tu lagunya warteg boyz, tapi gw rada keicewa pas warteg boyz jadi bintang tamu dalam sebuah acara tivi yang dipandu Jaya Suprana. Ketika mereka ditanya, kenapa mengusung dialek ngapak dalam lagu yang happening tersebut, alasan mereka hanya karena bahasa tersebut lucu untuk didengar. Hal tersebut kontradiksi dengan pernyataan mereka sebelumnya, bahwa semangat mereka membawa dialek ini ke dalam lagu mereka dengan niat mengangkat native language sebuah daerah, supaya dikenal luas di Indonesia. Kontradiksinya adalah, apakah mereka hanya ingin menertawakan dialek ini (karena dianggap lucu) dengan menjadikannya komoditas dalam lagu-lagu yang mereka buat.
Bab 1
Dialek ngapak termasuk dalam dialek yang berada pada bahasa regional Jawa Tengah, lebih tepatnya Banyumasan. Terkadang orang sering salah menilai bahwa dialek ngapak adalah bahasa Tegal, padahal bukan. Tegal memang termasuk dalam sub-bahasa yang dipakai dalam dialek ngapak. Bahasa utamanya adalah bahasa Banyumasan. Persebaran bahasa dan dialek ini sampai pada bagian ujung Jawa Barat, tepatnya Banten. Pusatnya berada di daerah Banyumas.

Bahasa dan dialek ini adalah bentuk perlawanan terhadap Feodalisme Keraton Mataram, melalui media bahasa. Dalam bahasa Jawa Keraton terdapat kelas-kelas atau segmentasi yang dibagi menjadi tiga, yakni krama inggil, madya, dan ngoko. Dalam bahasa Banyumasan tidak akan kita temui segmentasi tersebut. Ada memang tiga macam karma tersebut, namun itu tidak pernah dipakai dalam penerapannya sehari-hari. Lewat bahasa Banyumasan akan kita dapati dialek ngapak, dan ini digambarkan lewat tokoh pewayangan bernama Bawor, dalam wayang Keraton dikenal sebagai Bagong.

Bawor ini memiliki sikap yang mewakili rakyat Banyumas, yang merelakan dirinya bertampang jelek, rela menjadi dhagelan, hidup dalam kebodohan dan kesederhanaan, alur logika yang cenderung bertolak belakang dengan para priyayi di lingkungan kerajaan, lugu, glogok soar (mengemukakan apa saja yang diketahui tanpa menimbang efek positif/negatifnya), jujur, nrima ing pandum, cablaka. Dialek yang dipakai 
Bawor sekarang kita kenal dengan dialek ngapak

Bab 2
Perlawanan Feodalisme melalui media bahasa ini menjadikan bahasa Banyumasan seperti tidak mengenal sopan santun dan kasar. Namun, sebagai budaya yang berkembang di Jawa, Banyumas menerapkan sopan santun (anggah ungguh) itu dalam perilaku sehari-hari, bukan bahasa. Ngapak sendiri merupakan sebuah istilah yang diberikan oleh kaum Keraton Mataram, yang artinya mungkin keras (CMIIW). Sedangkan orang ngapak memberi istilah dialek Keraton Mataram (Yogyakarta, Solo, dan sekitarnya) dengan istilah bandek. Bandek berarti pembantu. Kenapa disebut bandek, karena dahulu banyak sekali orang-orang suruhan Keraton Mataram yang bertandang ke daerah Banyumas, sehingga orang Banyumas menamai dialek yang dipakai oleh mereka adalah dialeknya orang suruhan Keraton

Bab 3
Jadi, dibalik kelucuan dialek ngapak, ternyata tersembunyi semangat yang sangat mulia, yakni perlawanan terhadap Feodalisme. Bukan hanya itu, dalam dialek ini ternyata juga dapat kita temukan sebuah makna filosofis yang mendalam, yakni terima apa adanya dan tidak pernah pamrih, selalu bersyukur atas apa yang dimiliki. Sangatlah naif ketika kita tertawa mendengar dialek ini tanpa mengerti arti sebenarnya, kenapa dialek ini bias muncul dan tetap lestari hingga sekarang.

NB: Judul diatas cuma ikut2an kaosnya vj daniel Damn! I Love Indonesia (mahal! regane 150ewu, mending nyablon dewek lah ulih 5,haha)

SAY NGAPAK OR DIE!

5 comments:

Anonymous said...

inyong seneng maca artikel sampeyan kang.....
lanjutgan !!! Go Ngapak !!!

mastoto-gombong said...

Ra perlu isin ngomong ngapak !!
Ngapak Forever !!

qorib m said...

asik dah.
ngapak is oke begete.
nang jakarta rep 4 taun ngapake tete[ ra ilang.
wkwkwkw


~ajat
blogku lebokna link/blog roll mu ya. qoribm.blogspot.com
thx

ecy said...

iki kowe copas apa piye damn?
sumbernya manaaa??

Unknown said...

o mekaten to

Post a Comment